Minggu, 02 Desember 2012

yourself


Diri Sendiri



Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya

Wajahku ya memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Kuakui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya

Menjadi diriku
Dengan segala kekukurangan
Menjadi diriku
atas kelebihanku

terimalah aku, seperti apa adanya
aku hanya insan biasa, tak mungkin sempurna
tetap kubangga, atas apa yang kupunya
setiap waktu kunikmati, anugrah hidup yang kumiliki
http://musiklib.org/Edcoustic-Menjadi_Diriku-Lirik_Lagu.htm

Setidaknya, seperti demikianlah siluet pribadi masing-masing, ada yang merasa terwakili oleh lirik lagu diatas. Memang, menjadi diri sendiri adalah pilihan seorang dalam merealisasikan hidup dan kehidupannya. Menjadi diri sendiri adalah cara kita bertindak, bertindak dalam artian positif, dan siap dikritik demi perbaikan sikap kedepannya.

Realnya, dalam hidup ini, ada yang seharusnya dilakukan dan ada yang tidak. Ada yang harus diungkapkan dan ada pula yang lebih baik dipendam. Namun ini hanyalah bagi mereka yang mampu, mereka yang bisa manage diri. Tak sedikit yang mengartikan menjadi diri sendiri adalah bagai cermin. Ini aku apa adanya dengan segala kekurangan dan setumpuk kelebihan. 

Pada kenyataan hidup yang tak hanya diri sendiri, membuat si pribadi yang mencap diri apa adanya makin terpuruk. Kejujuran sikap yang ditampilkan membuat dia harus ditegur dan ditutut melakukan perubahan. Inilah permasalahan yang kerap kali muncul apabila  disinggung tentang kepribadian. Orang lain kebanyakan terlalu banyak menuntut kesempurnaan. Sempurna untuknya tanpa memikirkan si pribadi harus menderita menjadi orang lain dalam tuntutan.

Sejatinya, kita adalah satu dalam perbedaan, pelangi indah karena perbedaan, tapi terkadang keegoisan dalam tuntutan kesempurnaan sering mengucilkan bahkan membuat jatuh seseorang. Disini, alangkah baiknya kita berpikir rasional, kita satu dalam perbedaan, jadikanlah kelebihanmu untuk menyempurnakan kekurangannya. Sempurnalah dalam kebersamaan dan keberbedaan.

Karena tuntutan untuk menjadi orang lain adalah sebuah penyiksaan diri.

“Marilah kita memberi cinta sepenuh hati hingga jiwa semakin istiqomah untuk terus memperbaiki dan memperbaiki menuju kesempurnaan dan kesucian jiwa. Tatalah diri sendiri, arahkan diri sendiri, rawat diri sendiri, hingga iman Islam menancap kokoh dalam jiwa. Hingga jiwa tersibghoh dengan sempurna dengan celupan Illahi. Mencintai diri sendiri dengan menjaga dan senantiasa memperbaharui keimanan kita.” REPUBLIKA.CO.ID 

Hiduplah dalam kenyataan atas Ridho Sang Illahi. Berlakulah sesuai hati nurani tanpa melupakan Tuhan. Menjadi diri sendiri itu kemerdekaan, menjadi diri sendiri itu indah, dan menjadi diri sendiri itu nikmat.
            


Sabtu, 01 Desember 2012

mazra family

 Cinta, Harapan, dan Kebahagiaan

dingin
buyarku dengan segala asa
diterpa angin
mengigil dalam kerinduan
aku yang yang dinanti
aku yang dicinta
dan aku yang diharapkan
Senyum mereka ini yang ingin selalu ingin aku pertahankan





 apapun itu
dan bagaimanapun keaadaanku
semua akan kuperjuangkan demi mereka
orang-orang tercintaku
aku sangat mencintai mereka
disanalah aku tertawa
disanalah aku bahagia
dan disanalah aku memperoleh cinta sejati
my family

Kakak tercinta(jilbab cokelat dress kuning) Arina Novida, adik sepupu(jilbab hitam) Tisna Eliza
aku juga akan selalu mempertahankan kehangatan itu
kehangatan yang tak pernah kudapat dimanapun
sebahagia apapun aku, tak pernah kubisa senyaman dan sebahagia dirumah
dan serapuh apapun aku
mereka tak pernah lari dan bahkan berdiri kuat dibelakangku

tetap semangat, ayo Wak ii. bisa...!!! 



dan nanti
bila aku tertatih
bila aku terhenti
bila kejenuhan menghampiri
ku kan kembali padamu
tujuan dan prinsip hidupku
karena
aku sangat
bahkan benar-benar mencintai Ayah, Ibu, Uni, dan Adik-adik



Pulang, setelah semua usai, Maka rumahlah tujuanku
setelah semua selesai
aku akan menuju jalan pulang
pulang ke rumah dengan sejuta harapan
menuju, Ayah, Ibu, Uni, dan Adik-adik yang selalu kurindukan

 
Nanti, perginya sama mobil pribadi Wak ii lagi ya  Dad, Mam, Uni, Adik, Etek. Semoga. Amiin

 jalan arah pulang
arah yang akan selalu kulalui
dan akan kurindukan

Mazra family is my life
tertanda hari ini, cinta ini masih utuh untuk mereka
masih menderu untuknya: Mam, Dad, Uni, dan Adik-adik. 

Semua karena Cinta
dan semua untuk Cinta
Mazra Family is real life
This time, the port is where my love



existence......... Ganto is my LIFE

Hua, selesai prepare citizen journalism, waktu ini ketuplaknya bg Uje.
Ini pas hari H, saat semua bergaya, sayya hanya kaku dan apa adanya.
Ini, ulang tahun kak fidi, capek sih sebenarnya, cos baru balik dari kampung. habis lebaran Haji
Tapi tetap tersenyum kok, karena Cinta kepada semua yang ada di Ganto
hahaa,, gak tau mau bilang apa. senyum aja satu. :)
Tes camera dulu sebelum liputan.ckckc. Modus
Mencoba kuat dalam lemah


Ini dia perjuangan itu, harus menunggu. 'wartawan sejati'.Mencoba menghibur diri sembari menunnggu dengan bermain game. Di Lumin bareng Opi meliput KBM maba FIP.

Ini dia, sedikit cerita tentang Rumah kedua itu. Semua ada karena perjuangan, harapan, pengorbanan, dan cinta. Semua ini akan tertoreh abadi di relung hati. Semua akan menjadi cerita tersendiri bagiku. Akulah sang pencinta itu. Dengan segenap tenaga dan keikhlasan, aku berada di sini karena Cinta. Cintaku padamu Ganto. Surat Kabar Kampus Ganto.

Saat ini, aku adalah seorang RJ (Reporter Junior). Kita lihat saja nanti, ketika Desember telah berlalu. Apakah aku akan menjadi seseorang yang diterima di tempat yang sangat aku cintai? Ataukah suatu keadilan bilaku harus dipaksa pergi dengan ketidak relaan dihati? Entahlah, saat ini aku hanya bisa bersabar terhadap waktu, terhadap hasil yang akan kuperoleh. Di penghujung tulisan ini, aku berharap aku menjadi bagian dari Ganto, demikian juga dengan ke-sembilan teman seperjuanganku (Opi, Nia, Mala, Media, Kak mai, Kak liza, Kak cici, Kak Fidi, dan bg Sanul) Semoga kita semua memang orang-orang terbaik dan pantas membangun ganto lebih baik lagi kedepannya. Kepada Kru Ganto (bg Ded, kak Ibes, kak ica, kak Meri, kak Via, kak Ami, kak Aai, kak Tuni, kak Til, kak Wind, kak Rian, kak Ola, kak Rita, bg Uje, bg Fae, bg Duni) semoga kami bisa jadi the best next generation. Amiin

Refleksi Diri



Beroleh Cermin

Terima kasih sahabat-sahabatku. Hari ini aku beroleh cermin. Cemin yang dapat mengungkapkan, merefleksikan, dan juga merafraksikan apa kelemahan-kelemahanku. Bak kata pepatah “Kuman diseberang laut tampak jelas sementara gajah dipelupuk mata tidak terlihat.” Begitulah perumpamaan diriku, aku makhluk sesempurnaan ciptaan Tuhan, namun sikapku tak pernah sempurna.
Pertama, menurut sahabat-sahabatku, ternyata aku terlalu mudah tersinggung. Mungkinkah? Ha, hal itu mungkin saja, aku mengerti maksud dari sahabatku itu. Aku terkadang lebih baik diam dalam kesendirian dari pada harus bersitegang dalam ketidakpastian. Aku lebih suka mundur, diam, dan menarik diri ketika suatu hal yang kuanggap telah melewati batas pengeritanku. Maafkan aku sahabatku, dengan sikapku yang demikian membuat batas di antara kita, semoga kedepannya aku lebih bisa bersabar dan mencoba mengerti dengan selapang-lapangnya. Aamiin.
Kedua, sahabatu mengatakan, berbuatlah ikhlas karena Allah. Terima kasih kuucapkan kepada sahabatku yang selalu mengingatkanku dijalan-Nya. Aku tidak akan meninggalkan keikhlasan dalam berbuat. Semuanya teniat, ikhlas karena Allah. Apakah menurut sahabatku aku tidak pernah ikhlas? Ternyata tidak, sahabatku ini hanya ingin mengingatkan ketulusan selalu yang akan terniat olehku. Sahabatku selalu menginginkan yang terbaik untukku dalam meraih ridho-Nya.
Ketiga, dimata sahabatku, aku adalah seorang yang terlalu sibuk. Hal ini mungkin saja. Aku memang disibukkan oleh aktivitas kuliah dan keterlibatanku disebuah organisasi, yaitu Surat Kabar Kampus (Ganto). Terima kasih sahabatku atas perhatiannya, ke depannya aku mencoba mengatur waktu, menjaga kesehatan, dan berbagi canda denganmu. Aku mengerti sahabatku, aku serasa tenggelam di hadapan sahabatku ini karena sebelumnya aku dan kamu bagai tali dengan sepatunya. Yang terasa kurang lengkap bilaku tak di sisimu. Sahabatku, semoga kedepannya aku lebih bijak mengatur jadwal demi kebersamaan dalam kehangatan bersamamu. Semoga.
Keempat, aku mendapat pernyataan tidak setuju dari salah seorang sahabatku. Sahabatku mengatakan, kalau ada orang hutang pulsa jangan diumbar di jejaring sosial. Haha. Aku hanya tertawa ringan dengan pernyataan sahabatku ini. Hal tersebut aku lakukan bukan bermaksud mempermalukan dan sebagainya, tapi aku hanya mencoba mencari topik menarik supaya aku bisa menyatu dalam obrolan denganmu. Terima kasih sahabatku, kedepannya aku akan memperbaiki diri dan memikirkan jauh kedepan apa dampak dari tindakanku tersebut. Terima kasih.
Kelima, menurut sahabatku yang satu ini, aku adalah seorang yang memiliki kepribadian yang tenang. Namun tak cukup sampai di sana. Sahabatku berharap, aku lebih banyak senyum kedepannya. Sebelumnya kuucapkan terima kasih, dan aku akan berusaha akan lebih ramah lagi dan memperbanyak senyum lagi. Hehe. Aku akan selalu tersenyum untukmu para sahabatku.
            Keenam, sahabatku mengatakan bahwa dirinya menyukai aku disaat aku berbicara, aku dianggap sangat berhati-hati memilih diksi yang digunakan, lembut, dan mudah tersenyum. Ternyata dimata sahabatku ini, aku masih memiliki sisi baik dalam keseharianku. Aku akan lebih berhati-hati berbicara, berlemah-lembut, dan akan menjaga senyuman untuk semuanya.
            Ketujuh, menurut sahabatku yang satu ini, aku adalah pribadi yang selalu sabar. Dia menyukaiku dan akan selalu mau menjadi sahabatku. Aku berterima kasih kepada sahabatku ini, semoga aku akan abadi dalam kesabaran. Bersabar selagi semua masih dalam batas kewajaran. Aku ingin menjadi yang terbaik untukmu sahabat-sahabatku. Aku akan hidup bersama kalian dalam cinta dan kehangatan dalam kesetiaan. Selamanya.
Semoga saja aku mampu "menjaganya" dalam ketulusan.
         Inilah kebenaran dari diriku, pernyataan dimana aku bukanlah seorang yang sempurna. Sikapku jelas tak sempurna. Diriku dengan segala kekurangan. Diriku atas kelebihanku. Aku hanya insan biasa. Akupun tak sempurna. Akan mencoba memperbaiki semua yang bisa aku perbaiki. Walau nanti tetap tak sempurna, tapi aku akan salalu berusaha menjadi pribadi yang mendekati sempurna untukmu sahabat-sahabatku, keluargaku, dan semua orang-orang tercintaku.

Perkuliahan Dihari Minggu


Pencarian Sejati

Sore itu  terasa berat, bukan saya tak menginginkan, dan juga bukan saya seorang yang pemalas tapi ini tantangan. Saat saya harus terikat dengan perkuliahan  pada hari minggu. Dimana hari tersebut biasa digunakan mahasiswa perantau menikmati kebersamaan dengan keluarga dikampung, hari yang dipergunakan untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditumpuk selama seminggu, hari yang digunakan untuk menyegarkan kepala dari rutinitas kerja otak (study hard).
Namun tertanda, 30 september 2012 kami tak lagi dipergunakan untuk hal tersebut. Kami, saya dan teman-teman satu lokal  dijanjikan oleh dosen melakukan perkuliahan dihari minggu karena beliau mempunyai acara  lain pada hari kuliah yang tertera di KRS.
Tentunya banyak opsi yang muncul dari keputusan yang dibuat oleh dosen kami. Ada yang menikmati perkuliahan tersebut karena memang hari itu mereka tidak terikat aktivitas apapun. Namun disatu sisi, kuliah dihari minggu ini mebuat pertentangan antara harus kuliah atau melakukan hal lainnya seperti tuntutan pekerjaan dan rutinitas wajib dihari tersebut.
Hari pertama berkuliah dihari minggu tersebut, saya dan teman-teman satu lokal menunggu kedatangan dosen. Lama. Dan sangat lama sekali. Mungkinkah hari yang telah kami  luangkan hari ini akan terbuang sia-sia? Mungkinkah dosen kami sebenarnya malas? Ataukah ini hanya karena kami yang terlalu bersemangat sehingga membuat kami berat harus menunggu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut seolah saling bertengkar dibenak kami. Mencoba mencari tempat terdepan untuk terjawab.
Dan akhirnya, berselang satu jam kemudian. Dosen tercinta yang telah kami tunggu dengan keluh kesah itu hadir di pandangan kami.
Perkulaiahan hari itu dibuka dengan permintaan maaf dari dosen tersebut atas keterlambatannya.
Saya dan teman-teman semua hanya angguk-angguk kepala, dan puas akan masuknya dosen tersebut. Ditengah indahnya narasi yang dosen sampaikan mengenai materi pada hari itu. Satu hal tiba-tiba mengagetkan kami.  Sang dosen duduk, dan dengan latang menyuarakan, Jangan pernah menjadi mahasiswa enggak!.
Sontak kami semua kaget dan sedikit tertawa geli, apa itu?  
Setelah berucap demikian, dosen kamipun menjelaskan kepada kami. Memberi kami butiran-butiran kesadaran dan mengingatkan kami saat kami diambang lupa.
Jadilah orang yang berilmu. Bersungguh-sungguhlah! Kalian semua harus belajar dengan keras supaya kalian bisa digunakan. Hanya orang yang berilmu yang akan menghargai ilmu itu sendiri. Ilmu memang mahal dan membutuhkan proses waktu yang lama untuk mendapatkannya, dan terkadang harus mengorbankan segalanya untuk sebuah ilmu.
Dosen tersebut mulai membuka cakrawala kami yang sedang terikat oleh ketidak ikhlasan.
Hari itu, dengan membawa seonggok semangat baru, kami meneriakkan cinta ilmu dan berjanji akan bersungguh dan menghargai setiap waktu untuk mencari ilmu.Dan benar,  semua tidak ada yang sia-sia. Begitu menikmati kami hari itu, seolah disadarkan oleh nyanyian fatamorgana yang selalu membuai-buaikan kami ke jurang kemalasan. Namun hari ini, kami menyadari, betapa berharganya menjadi seorang yang berilmu, seorang yang selalu belajar dalam keikhlasan.
Kami pemburu ilmu sejati, kuat, tangguh, tetap semangat dalam kelucuan.