Woke Up
Semalam tadi, bukan akhir malam bagi
saya. Saya yang telah menuding mati dari rasa dan pikiran. Serasa hidup
kembali, saya tertangani hebat oleh dokter handal. Dia mampu membangunkan saya
dari mati. Memang takkan saya atau kamu temukan di Rumah Sakit manapun. Saya
menemukannya direlung hati. Hati yang menuntun saya. Bertemu dalam pikiran.
Dalam rasa yang tak pernah saya sesalkan. Walau tak terealisasikan, namun saya
bangga bertahan.
Tulisannya menghidupkan saya kembali.
Entah karena memang saya tersentuh dengan apa yang dia tulis? Atau hanya karena
saya mengaguminya. Rasa itu tak dapat saya deskripsikan. Namun saya beruntung,
dapat bernafas dalam sadar.
Saya tak pernah menyalahkan apapun dan
siapapun, namun saya tak sanggup berjalan diatas normal. Saat harapan saya
jatuh di tempat yang pernah saya rencanakan. Dengan tidak melupakan Tuhan, saya
sedikit tertatih ketika harus menerima, bahwa saya harus terpisah jauh dari
harapan orang tua, uni, dan uda saya. Memang, mimpi untuk bersama uda di Teknik Kimia UI terus membayanggi
saya. Walau sudah setahun lebih bermain di kawasan sastra, kependidikan, dan
jurnalis. Saya masih saja terus berani hidup dalam bayang angan-angan yang
sekarang tergantung entah dimana.
Saya masih saja ragu, tentang
kepastian takdir yang memang sedang saya jalani sekarang. Terus saja saya
bekata lirih pada diri: sabar, ini hanya
sementara. Saya tak pernah berani untuk benar-benar bangun dari mimpi-mimpi
itu.
Dan sekarang! Saya memang harus tegas.
Saya tidak sedang bermimpi. Memang sudah takdir saya untuk berada di sini. Saya
harus rasional, dan disinilah saya harus berjalan bersama asa dan segelumit
harapan orang tua. I love mazra family:
mam, dad, sist, n my bro. special,orang
baru dalam hidupku, ilove my inspiration.
Selasa malam, 27 November 2012